Top News

BERGABUNG DENGAN KOMUNITAS PERLAWANAN


Kenyataan selalu mencatat kehadiran kebenaran sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laju zaman. la berputar, bergulat dan berjibaku seiring arus zaman itu sendiri.

KADANG ia men­jadi pemenang, pun kadang kala ia per­nah menjadipecun­dang melawan musuh

abadinya, kedzaliman. Namun yang pasti dari catatan sejarah adalah kebenaran akan selalu berdiri dan tak mungkin bisa dipa­damkan. Sekalipun para pengikut kebenaran itu ditekan, disiksa bahkan dimusnahkan. Inilah yang menjadi dalil sejati bahwa kebenaran adalah milik Allah SWT, yang Maha Kuat lagi Perkasa. KekuasaanNya meliputi seluruh alam semesta dan segala isinya.

Islam, sebagai kebenaran yang diturunkan Allah SWT melalui Rasul-Nya berjalan dengan suna­tullah seperti itu. Ia berputar sei­ring arus roda zaman. Suatu ketika ia menjadi fenomena sejarah yang gemilang. Namun, suatu saat yang lain ia menjadi sesuatu yang di­tinggalkan. Satu hal yang pasti, Islam sebagaimana kebenaran itu sendiri, akan terus ada dan berku­mandang di muka bumi. Bahkan ia seakan menjadi darah dan nafas yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia menjadi semangatzaman! Semangatyang tak kenal kata berhenti. Estafet ini mengalir seiring bergulirnya drama manusia di panggung dunia ini.

Banyak manusia menyangka bahwa bencana-bencana yang menimpa Islam adalah badai yang menghancurkan dan meruntuhkan serta menghapuskan seluruh fenomena kehidupan gerakan Islam. Kemudian di sisi lain mereka pun melihat betapa musuh-musuh Islam telah berhasil mengalahkan pendukung-pendukung kebenaran (baca: dakwah) sesuai kehendak mereka. Betapa tidak! Segala lambang-lambang dakwah dan gerakan Islam telah dihapuskan, kantor-kantornya telah ditutup dan yayasan-yayasan telah diram­pas. Segala kegiatan mereka telah dihentikan, segala usaha yang dila­kukan dalam Iingkungan dakwah telah musnah dan tidak dapat ber­kutik lagi. Benarkah sangkaan itu?! Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah SWT pernah berfir­man, "Mereka ingin memadamkan cahaya (ngama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir benci" (Qs:Ash-shaff:8).

Hakikat yang muncul tak lain adalah asas yang kuat dan kokoh tidak dapat diruntuhkan oleh buldozer bathil, namun ia hanya menyentuh bagian-bagian yang terlemah dari asas itu. "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman seperti kondisi kalian sernua sat ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dengan yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada karnu hal-halyangghaib" (Qs: Ali Imran:179). Itulah yang dika­barkan Allah SWT kepada kaum Muslimin pertama yang terdidik di dalam Madrasah Rasulullah saw dan terbentuk dalam naungan Al­Qur'an. Di atas pundak rnereka inilah dibangun Daulah dan pe­merintahan Islam yang pertama. )elaslah, para pendukung agidah yang sesungguhnya ini terus bertahan laksana gunung tatkala berhadapan dengan tipu daya musuh, sebagaimana yang diung­kapkan Imam Hasan Al-Banna,

"Kekuatan yang paling baik adalah kekuatan yang bersama kebenaran. Dan kelemahan yang paling buruk adalah kelemahan berhadapan dengan kebathilan".

Di sinilah terpapar dengan jelas bahwa keutamaan Allah SWT-sebagai pemilik kebenar­an-sangat nampak pada kesinam­bungan, kesempurnaan dan kebe­naran pewarisan antar generasi ini. Meskipun gencarnya tipu daya musuh-musuh Allah dan hebatnya tindak permusuhan mereka terha­dap dakwah dan pendukungnya. Tidak diragukan lagi, regenerasi dan pewarisan dakwah dari gene­rasi ke generasi dengan segala kekuatan, orisinilitas, universa­litas, dan pengalamannya mendo­rong terjadinya perubahan dalarn arena aktifitas Islam ke arah yang

lebih baik.

Komunitas Perlawanan

Setiap tindakan pasti menim­bulkanreaksi. Begitupun dengan setiap kezaliman akan menim­bulkan reaksi, meskipun tidak langsung. Kezaliman tidak mung­kin selalu dihadapi dengan pe­nyerahan total. Sebab kezaliman melahirkan kegeraman, kebencian, kemarahan, `bom waktu' dan memmggu-nunggu kesempatan membalas kezaliman tersebut. Perasaan seperti ini tidak hanya menghinggapi hati orang-orang yang dizalimi, tetapi juga muncul dalam hati setiap orang yang mencintai keadilan dan benci pada kezaliman, cinta kemerdekaan, benci penjajahan dan kesewenang­wenangan walau sekedar ikatan kemanusiaan.

Begitulah cerita gerakan Islam kini, ia menjadi sasaran kezaliman di manapun mereka berada. Para pemuda yang masih segar menjadi budak-budak berbagai kebudayaan yang menyesatkan. Tubuhnya dipenuhi tato dan darah yang mengalir di sendinya diracuni khamr dan obat-obat terlarang. Hidupnya dilingkupi angan-angan semu dan hegemoni materialisme. Para orangtua yang pasrah dengan keadaan, memberikan anak­anaknya untuk dibentuk dengan pendidikan sesat tanpa arah yang pasti. Pun yang terjadi dengan kaum wanita, mereka dijadikan `sasaran tembak' nafsu birahi yang dibingkai dengan bisnis menggiur­kan. Para pemimpin bej at tak tahu malu merampok dan menipu uang rakyat. Sistem `mafia' menjadi kebiasaan dan aturan yang mema­syarakat dari tingkat kecil sampai besar. Kejahatan menjadimeraja­lela sesuka hati memasuki setiap lorong gang dan rumah-rumah.

Di sisi lain, para pejuang kebenaran yang menyeru manusia pada jalan Ilahi disulap menjadi para perusuh, ekstrimis, teroris, pembangkang dan manusia me­nyimpang oleh para pelaku kezhaliman Sebabaxmana yang dxbts.kan. xpembesar-pembesar Fir'aun kepada Rajanya itu, "Berkatalah pembesar­pembesar Fir'aun (kepada Fir'aun): Apakah kamn membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini dan meninggalkanmu... " (Qs: Al­A'raf:127). Kemudian dipenjara­kanlah para penyeru kebenaran itu, disiksa, diusir dari kampung halamannya dan dibunuh dengan alasan demi keamanan.

Sebagaimana memukul air, maka akan terkena muka sendiri. Itulah sunatullah yang terjadi. Pukulan keras yang dialami gerakan Islam justru akan me­ngenai muka pelaku kezaliman sendiri. Allah SWT kemudian menambah kekuatan para pejuang kebenaran untuk melawan kezha­liman. Mereka berjuang tak kenal lelah membebaskan negeri mereka dari cengkraman kuku-kuku manusia-manusia zalim. Dalam diri mereka hanya ada satu kata untuk kezaliman, "LAWAN".

Tribulasi dalam dakwah adalah sunatullah. Sebab perta­rungan antara kebenaran dan kebatilan adalah pertarungan antar generasi. Kedua kubu ini bertemu untuk menentukan eksistensi. Oleh karena itu, `dendam' ini pun diwariskan dari generasi ke generasi. Tak ada hal Iain bagi kita, yang mengalir darah Islam dalam saluran nadi kita, selain menggahungkan diri ke dalam komunitas perlawan­an ini. Ingatkah kita akan adzan yang pemah dikumandangkan ayah kita saat diri kita hadir di bumi?! Itulah bisikan perlawanan terhadap kezaliman dan kebatilan. Dalam bahasa lain, ayah kita hendak berkata, Anakku, kenalilah Rajamu yang Maha Besar, Bersama-Nyalah karnu menuju kemenangan hidup".

Agenda Perlawanan Kita

Tak pernah terjadi dalam sebuah sejarah, manusia­manusia terbaik berkumpul dalam satu zaman tertentu, kecuali yang terjadi pada zaman Nubuwah. Generasi ini lahir tak lain merupakan buah dari pembinaan sang murabbi unggul, Muhammad Rasulullah saw.

Sadarkah kita bahwa adzan yang menyusup ke telinga kita itu telah menj elma menjadi tiga unsur yang kental dalam diri kita: Izzah, hamasah dan ghirah Islamiyah. Izzah adalah keyakinan dan kebanggan akan fikrah Islamiyah, Hamasah tak Iain merupakan semangat menggelora untuk mengamalkan Islam dan menyeru­kannya kepada orang lain. Sedang­kan ghiralt Islamiyah berwujud kecemburuan dan semangat pem­belaan terhadap Islam yang diabaikan oleh ummatnya sendiri.

Ketiga hal ini tidak lahir kecuali dengan mata air keimanan yang jernih, lautan pemahaman yang luas dan gelombang keikh­lasan yang tidak pernah surut. Mili­tansi individu semakin diperkokoh dengan semangat keterikatan (ruhul-irribath) antar pejuang da­lam sebuah halaqoh, semangat per­saudaraan (ruhul ukhuwah) yang menghiasi sikap mereka, serta se­mangat kerjasama (ruhul amal jarna'i) untuk menopang berbagai tanggung j awab dan beban dakwah melalui semangat saling memberi dan berkorban.

Tak pelak lagi, masa depan Islam ditentukan pada kemauan dan kemampuan kita merealisasi­kan agenda perlawanan kita terhadap kebatilan dan kezaliman. Tidak ada tempat bagi mereka yang ragu dan tidak ada jalan bagi yang berlambat-lambat. Setidaknya ada empat agenda perlawanan kita (menurut Ustadz Mahfudz Siddiq) pertama, berusaha sekuat tenaga membebaskan urnmat dari belenggu kejahiliyahan dan kezaliman politik. Kedua, memenuhi aras negeri ini dengan solusi Islami, bukan saja pada tataran opini dan wacana, tetapi sampai tingkatan praktis dan aplikasi. Ketiga, mengajak sebanyak­banyaknya manusia untuk menerima Islam dan menjadi pendukung dakwah ini. Keempat, terus­menerus menyiapkan diri dan

mengembangkan segala kemampuan yang dibutuhkan dakwah.

Tentunya kebangkitan ummat tidak akan pernah terjadi dua kali, sampai ummat tersebut memiliki syarat yang dimiliki generasi per­tama. Oleh karena itu hanya ada satu kalimat yang pasti, `kokohkah kembali tarbiyah' sebab tarbiyah adalah madrasah tempat kita membina diri. Di sanalah `komu­nitas perlawanan' itu dibentuk, dibina dan dilestarikan sepanjang zaman, sebagaimana kaidah dak­wah kita, "pemimpin tidak muncul kecuali dilaliirkan oleh tarbiyah". Wallahu a'lam. Byk





Post a Comment

Asalamualaikum, wr, wb
Siapa aja bisa beri komentar asal isinya positif dan tidak ada unsur maksiatnya.

Previous Post Next Post