Top News

Berkenalan Dengan Jin

Muqoddimah
Jin adalah bagian kecil dari makhluk ghoib. Makhluk Allah yang tersembunyi keberadaannya dari pandangan manusia ini menjadi perbincangan menarik di forum-forum. Forum ilmiah atau semi ilmiah. Banyak buku tentang telah ditulis oleh para penulis kenamaan. Sebagaimana banyak pula cerita dibuat, sinetron ditayangkan, film layar lebar diluncurkan, yang membicarakan dunia jin. Namun sangat sedikit sekali yang mau menggali tentang jati diri jin dari sumber yang benar, yaitu syari’at Islam.

Eksistensi Jin
Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).

عَنْ عَائِشَةَرضي الله عنها- قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ. (رواه مسلم)
Aisyah berkata, Rasulullah bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah)”. (HR. Muslim, no. 5314).

Iblis Itu Jin
Para ulama’ telah berbeda pendapat, apakah Iblis termasuk golongan malaikat atau golongan jin. Ada yang mengatakan bahwa Iblis termasuk golongan malaikat. Iblis nama aslinya adalah ‘Azazil, ia termasuk malaikat utama dan mempunyai empat sayap. Saat ia bermaksiat kepada Allah, Allah murka dan melaknatnya menjadi syetan. Di antara mereka yang berpendapat ini adalah Ibnu Mas’ud, Ibnu Juraij, Sa’id bin al-Musayyib dan Sa’id bin Jubeir serta Ibnu Abbas.


Pendapat mereka berdasarkan pada dalil yang tampak dalam ayat, “Dan ingatlah, ketika kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ maka bersujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabbur (sombong), dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah: 34).
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa Iblis termasuk golongan jin. Mereka mengatakan, “Iblis adalah nenek moyang jin sebagaimana Adam sebagai nenek moyang manusia. Ia bukanlah golongan malaikat.” Termasuk ulama’ yang punya pendapat ini adalah Ibnu Zaid, Hasan al-Bashri dan Imam Syafi’i rahimahumulloh.


Mereka mendasarkan pendapat itu pada dalil berikut. “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam!’, maka sujudlah mereka semua kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, dan ia telah mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Kahfi: 50).


Pendapat yang paling kuat adalah; Iblis itu bagian dari Jin, bukan malaikat. Dengan alas an berikut. Pertama, asal penciptaan Iblis. Kalau kita perhatikan materi asal penciptaan Iblis dan malaikat adalah materi penciptaan yang berbeda. Perhatikanlah ayat berikut, Allah mencuplik perkataan Iblis sendiri dan memberitahukan kepada kita.
Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) saat Aku menyruhmu?’ Iblis menjawab, ‘Aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. al-A’raf: 12).
Kedua, perangai kedua makhluk tersebut yang jauh berbeda. Malaikat adalah makhluk Allah yang selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah atau membantah perintah-Nya.


“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang galak, keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6).
Ketiga, reproduksi kedua makhluk itu berbeda. Malaikat adalah makhluk yang tidak bisa mempunyai keturunan. Bahkan mereka adalah makhluk yang tidak disifati dengan sifat laki atau perempuan. Mensifati malaikat dengan laki atau perempuan adalah perbuatan salah yang pernah dilakukan orang-orang kafir, dan merekapun dicela Allah atas perbuatan tersebut.


“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mana mereka adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan ditulis persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. az-Zukhruf: 19).
Jin ada yang laki-laki dan ada yang perempuan, dan dari sisi ini Iblis lebih tepat kita masukkan ke dalam golongan jin, bukan malaikat.
Rasulullah pernah mengajarkan kita untuk membaca do’a sebelum masuk toilet, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan syetan (jin) laki-laki dan syetan (jin) perempuan.” (HR. Bukhari dan Muslim).


“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan kami telah menciptakan jin sebelumnya (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. al-Hijr: 26-27).

Keberadaan Iblis di Surga


Syahr bin Hausyab berkata, “Iblis termasuk golongan jin yang dahulu menghuni bumi ini sebelum manusia. Karena mereka suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah, akhirnya Allah memerintahkan para malaikat untuk ‘mengusir’ mereka. Dan Iblis ditawan oleh malaikat lalu dibawa ke surga, iapun hidup dan beribadah kepada Allah bersama mereka.” (Kitab Tafsir al-Qurthubi: 1/ 294).
Sa’ad bin Mas’ud berkata, “Ketika para malaikat memerangi jin di bumi, Iblis ditangkap dan ditawan. Lalu ia hidup bersama malaikat di langit. Ketika para malaikat disuruh sujud kepada Adam, mereka semua sujud. Hanya Iblis yang saat itu berada di komunitas malaikat yang tidak mau sujud.” (Kitab Tafsir Ibnu Katsir: 1/ 80).

Jika Iblis itu termasuk golongan jin, lalu kenapa ia berada dalam komunitas malaikat saat itu, yaitu di surga? Asal muasal keberadaan Iblis di surga dan bersama malaikat, tidak ada hadits yang dengan tegas menjelaskannya. Tapi ada beberapa pendapat ulama yang menarik kita simak, di antaranya.

Ifrit dan syetan
Iblis termasuk golongan jin, lalu siapakah Ifrit itu? Ternyata Ifrit juga termasuk golongan jin, bukan makhluk tersendiri yang di luar komunitas jin.
Allah berfirman, “Ifrit dari golongan jin berkata (kepada Nabi Sulaiman), ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu, sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” (QS. an-Nahl: 39).


Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Ifrit dari golongan jin semalam telah datang kepadaku untuk mengganggu shalatku…” (HR. Bukhari, no. 441 dan Muslim, no. 842).
Adapun syetan hanyalah sifat buruk yang diberikan kepada jin dan manusia. Jin dan manusia yang tidak taat pada aturan, suka membangkang perintah disebut sebagai syetan.
Allah berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin…” (QS. al-An’am: 112). Di surat lain, “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. an-Nas: 5-6).


Imam Ibnu Jarir at-Thabari berkata, “Syetan dalam perkataan orang Arab adalah setiap pembangkang dari jin, manusia, binatang dan apa saja.” Allah berfirman, ““Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin…” (QS. al-An’am: 112). (Kitab Tafsir at-Thabari: 1/ 49).


Dalam al-Qur’an, terkadang Allah menggunakan kata Iblis dan yang dimaksud syetan. Seperti dalam ayat berikut. “Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’, maka mereka sujud kecuali Iblis. Ia membangkang. Maka kami berkata, ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". (QS. Thaha: 116-119).


Di ayat selanjutnya, Allah menggunakan kata syetan dan yang dimaksud Iblis. “Kemudian syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: ‘Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?’ Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (QS. Thaha: 120-121). Kata ‘syetan’ memang identik dengan kata ‘Iblis’.

Hantu dan Genderuwo
Selain Iblis, Ifrit, jin dan syetan. Ada juga kata hantu, genderuwo, kuntilanak, pocong, tuyul, leak, wewegombel, dan yang sejenisnya. Sebagian besar masyarakat kita meyakini semua jenis makhluk tersebut sebagai jelmaan dari roh-roh gentayangan akibat mati penasaran atau korban kesadisan dan ketragisan.


Padahal sebenarnya mereka itu adalah jelmaan dari jin yang menampakkan diri kepada manusia, bukan roh manusia yang gentayangan. Syetan-syetan jin itu berubah bentuk dan menampakkan diri kepada manusia dengan berbagai macam karakter dan bentuk. 


Hantu dalam bahasa Arab disebut dengan Ghul atau Ghilan. Masyarakat jahiliyyah saat itu meyakini bahwa Ghul atau Ghilan adalah jelmaan syetan yang biasa muncul di jalan atau di padang pasir untuk menyesatkan manusia. Keyakinan itu hampir sama dengan keyakinan masyarakat kita. Hanya saja masyarakat kita banyak yang meyakini bahwa hantu itu bukan jelmaan syetan tetapi roh manusia yang mati penasaran.


Kalau kita perhatikan hadits riwayat Imam Ahmad berikut, maka yang benar Ghul atau hantu itu memang jelmaan syetan jin. Sehingga Rasulullah berpesan kepada ummatnya, jika tiba-tiba muncul hantu atau Ghul, kumandangkanlah adzan. Karena lantunan adzan itu sangat ditakuti syetan sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah melalui hadits riwayat Bukhari dan Muslim.


Rasulullah bersabda, “Apabila nampak hantu di hadapan kalian, maka kumandangkanlah adzan.” (HR. Ahmad, no. 13759 tapi hadits ini sanadnya lemah). Tapi Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa ada sekelompok orang yang bercerita kepada Umar bin Khatthab tentang hantu. 


Saat itu Umar bin Khatthab berkata, “Sesungguhnya jin-jin itu tidak bisa berubah bentuk dari wujud aslinya seperti saat diciptakan Allah. tapi mereka mempunyai tukang sihir seperti halnya tukang sihir manusia. Apabila kalian melihat penampakan jin (hantu), maka lantunkanlah adzan.” Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan bahwa sanad riwayat tersebut shahih. Dan Syekh Wahid Abdus Salam Bali menambahkan bahwa ada riwayat serupa dari Ibnu Abid Dunya dan sanad haditsnya hasan (baik). (Kitab al-Wiqayah: 28).


Karena hantu itu termasuk jin, maka dengan lantunan adzan jelmaan jin itu akan takut dan pergi. Sebagaimana yang ditegaskan Rasulullah dalam hadits shahih. “Apabila dikumandangkan adzan shalat, syetan berpaling dan lari sambil terkentut-kentut sampai pada tempat yang tidak terdengar adzan. Ketika adzan itu selesai, ia kembali lagi. Dan saat iqomat dikumandangkan, ia berpaling dan kabur lagi. Ketika iqomat telah selesai, iapun kembali lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Semoga tulisan ini bisa mengurai pemahaman kusut di kalangan banyak kaum muslimin negeri ini tentang keghaiban dunia jin dan syetan. Laksana benang yang terlanjur kusut dan semerawut, kita harus mengurainya satu persatu. Semoga kesalahapahaman yang selama ini terjadi bisa diluruskan melalui kajian utama edisi ini.



Post a Comment

Asalamualaikum, wr, wb
Siapa aja bisa beri komentar asal isinya positif dan tidak ada unsur maksiatnya.

Previous Post Next Post